Ada kebiasaan di masyarakat kita yang sudah menjadi tradisi turun-temurun, yaitu memberikan gelar haji kepada mereka yang sudah naik haji. Saudaraku, sebaiknya gelar ini tidak digunakan, karena jika tidak disematkan dan tidak diruliskan menggandengkan nama, maka lebih mengantarkan kepada puncak keikhlasan. Boleh saja menuliskan gelar tersebut jika ada mashalahatnya, semisal berdakwah akan lebih mudah diterima jika menggunakan gelar haji.
Berikut beberapa catatan mengenai “gelar haji”
- Sebaikntya tidak menggunakan gelar haji untuk lebih menjaga keikhlasan. Tidak perlu orang lain tahu bahwa kita sudah naik haji. Bahkan ada beberapa orang (semoga Allah mengikhlaskan niat mereka), tidak mau dan bahkan marah jika tidak dipanggil dengan gelar haji atau dalam namanya tidak ada singkatan “H” atau “Hj” yang berarti haji dan hajah, misalnya Haji Fulan dan Hajah Fulanah
- Gelar haji pun tidak ada contoh dan tuntutannya dari Rasulullah ﷺ dan para sahabat, serta para imam dan ulama-ulama sebelum kita.
- Ibadah haji adalah ibadah yang agung, butuh perngorbanan harta yang tidak sedikit dam pengorbanan fisik. Kesempatannya juga cukup langka. Hendaknya amalan tersebut diikhlaskan kepada Allah semata. Perlu kita ingat bahwa orang yang pertama kali dimasukkan neraka adalah orang yang niatnya tidak ikhlas, beribadah karena riya dan pujian manusia. Karena ini merupakan syirik yaitu menyekutukan Allah dalam niat ibadah.
Ingatlah sebagaimana dalam hadits, di akhirat kelak akan dipanggil tiga orang yang amalnya sangat banyak, orang pertama sering membaca Al-Qur’an, orang kedua sering berjihad dan orang ketiga sering berinfak di jalan Allah. Akan tetapi ternyata mereka beribadah karena pujian dan riya’ kepada manusia. Mereka adalah orang yang pertama kali masuk neraka.
Rasulullah ﷺ bersabda,
يَا أَبَاهُرَيْرَةَ أُولئِكَ الثَّلَاثَةُ أَوَّلُ خَلْقِ اللَّهِ تُسَعَّرُبِهِمْ النَّارُيَوْمَ الْقِيَامَةِ
‘Wahai Abu Hurairah, mereka bertiga adalah makhluk Allah yang pertama kali disiksa dengan api neraka di hari kiamat.”7
- Lebih baik kita mengikhlaskan niat kita, karena jika sampai rusak maka pahalanya akan sia-sia dan terhapus, padahal pengorbanan sudah begitu banyak.
- Allah Subhanallahu wa Ta’ala berfirman,
- وَقَدِمْنَا إِلَى مَا عَمِلُوا مِنْ عَمَلٍ فَجَعَلْنَاهُ هَبَاءً مَّنثُورًا(٢٣)
- “Dan Kami datang kepada amalan yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang beterbangan.” (QS. Al Furqan: 23)
- Yang paling penting dari ibadah haji adalah kelanjutan setelahnya, bukan gelar haji setelahnya. Selepas naik haji, hendaknya ibadah kita tetap istiqamah, rajin shalat berjamaah di masjid, tetap shalat malam, menjaga perkataan dan perbuatan serta berhias dengan akhlak yang mulia yang membuat lapang hati manusia. Intinya adalah tetap istiqamah dalam beragama.
- Rasulullah ﷺ bersabda,
- أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ
- “Amalan yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala adalah amalan yang terus-menerus walaupun itu sedikit.”8
Semoga Allah selalu mengikhlaskan niat kita dan semoga jamaah haji kaum muslimin selalu berusaha menjaga niat ikhlas mereka. Amin ya mujiibas saa-ilin.
Sumber :
Bahraen, R. (2014). Sehat & Mabrur Saat Ibadah Haji & Umrah. Yogyakarta: Kesehatan Muslim.
Leave a Reply